Pencapaian Memukau “WONDER WOMAN” Beatrice Chepkoech Menorehkan Rekor Baru Dunia 5KM Road

Wonder woman dengan 2 gelar rekor dunia

Dunia atletik gempar dengan kabar pemecahan rekor dunia kategori 5 KM Road Women oleh pelari asal Kenya, Beatrice Chepkoech saat berlaga di Monaco, 14 Februari lalu. Chepkoech menorehkan catatan waktu 14:43 untuk kategori 5KM Road, mengungguli pemegang rekor sebelumnya yaitu Sifan Hassan dengan catatan waktu 14: 44 di tahun 2018. Gelar “world record” ini merupakan gelar kedua Beatrice Chepkoech, disamping prestasinya pada cabang steeplechase dengan catatan waktu 8:44:32 (worldathletic.org).

Chepkoech menuturkan pencapaian ini tidak terduga. Pasalnya kondisi race di Monaco Coastline saat itu sangat dingin dan berangin. Namun dengan tekad yang kuat, dibantu dukungan semangat dari pace maker-nya, Beatrice Chepkoech berhasil menjadi yang terbaik di nomor 5 KM Road.

Tidak berhenti di Monaco, tanggal 7 Februari 2021, Chepkoech masih harus terus berlaga di Copernicus Cup, World Athletics Indoor Tour Gold meeting series di Torun, Polandia, sebelum kembali ke negara asalnya.


Records-breaker : made or born?

Menjadi seorang pemecah rekor dapat dianggap sebagai pembuktian kemampuan yang luar biasa dan kebanggan, baik bagi institusi, club, negara dan diri sendiri. Tapi perjalanan di balik keberhasilan seseorang dalam memecahkan rekor bukanlah hal yang sederhana. Dibutuhkan komitmen dan latihan disiplin dari tahun ke tahun oleh atlet, pelatih dan lingkungan untuk mencapai puncak performa tertinggi.

Namun disamping latihan, terdapat faktor lain seperti kemampuan tubuh seorang atlet untuk menerima beban latihan yang cukup berat, bahkan ekstrim. Profesor Greg Whyte, seorang ahli bidang sport science Inggris menyatakan bahkan kemampuan tersebut dapat dilatih, namun juga dipengaruhi oleh unsur genetik.

“Mereka--pemecah rekor adalah kombinasi dari produk yang lahir dengan bagus dan memiliki kemampuan yang dibutuhkan layaknya mesin” tutur Prof. Whyte dalam film dokumenter How Far, How Fast yang dimuat dalam bbc.co.

Selain itu, Paula Redcliffe, pelari marathon sekaligus pemegang rekor marathon perempuan asal Inggris pada tahun 2002 juga menyatakan hal yang senada dengan Prof. Whyte.

“Dibutuhkan tubuh yang mampu untuk menyerap beban latihan yang panjang dan etos kerja yang baik” tambah Redcliffe (bbc.co).

Konsistensi dan beratnya latihan yang harus dijalani seorang atlet memang sepadan dengan apresiasi yang diberikan. Seorang pemegang rekor dunia bisa mendapatkan medali, piagam penghargaan atau tambahan hadiah yang cukup besar mulai puluh hingga ratusan ribu dollar. Terlepas dari hadiah material di atas, memecahkan rekor dunia bagi seorang atlet merupakan bentuk pencarian (quest) dan pembuktian atas keringat serta kerja keras yang dapat dicapai oleh manusia. Oleh karena itu, rekor dunia yang telah terukir saat ini akan terus berusaha untuk dipecahkan oleh generasi yang akan datang, layaknya pepatah “rekor dibuat untuk dipecahkan (records are made to be broken)”. (ED/RA)