RACE AGAINST CANCER
National Geographic merilis data mengejutkan terkait estimasi angka kematian akibat kanker pada 2 Februari 2021 lalu. Data mencatat terdapat 6,7 juta jiwa di dunia yang meninggal akibat kanker setiap tahunnya. Peningkatan jumlah penduduk dunia yang berusia lanjut disinyalir akan menambah prevalensi angka tersebut hingga 4,7 juta jiwa. Hal ini menyebabkan kanker menjadi 1 dari 7 penyakit paling mematikan di dunia (nationalgeographic.com).
Kanker adalah jenis penyakit yang terjadi akibat mutasi genetik yang menyerang jaringan dan menyebabkan kondisi tubuh manusia menjadi tidak normal. Sel-sel kanker ini menyebar melalui aliran darah dan jaringan limfe. Terdapat ratusan jenis kanker yang menyerang jaringan tubuh dan berkembang secara pesat, sehingga menjadikan kanker sebagai penyakit yang masih misterius penanganannya (yayasankankerindonesia.org).
Di Indonesia sendiri kanker menjadi penyebab kematian tertinggi ketiga setelah jantung dan stroke (Kemenkes.go.id, 13 Januari 2020). Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menunjukkan sekitar 70% penderita kanker di Indonesia baru diketahui setelah memasuki stadium lanjut. Mahalnya biaya perawatan penyakit ini menjadi tantangan tersendiri yang harus dipikirkan dan diantisipasi.
Menurut Kemenkes, jika dilihat dari karakteristiknya, perempuan lebih dominan mengalami kanker serviks dan payudara. Sedangkan laki-laki mayoritas mengalami kanker paru atau kolorektal. Sementara anak-anak lebih dominan menderita leukemia atau kanker darah.
dr. Cut Putri Arianie, M.H.Kes, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor risiko kanker mulai dari usia, jenis kelamin atau keturunan, dan ras atau etnik di beberapa negara. Namun, dr. Cut Putri Arianie, M.H.Kes juga menjelaskan bahwa hal tersebut sebenarnya dapat dicegah dengan mengubah perilaku menjadi lebih sehat seperti berhenti merokok, olahraga rutin, serta memperbanyak konsumsi makanan sehat seperti buah dan sayur.
Studi kepada 1,44 juta responden oleh National Cancer Institute yang dipublikasikan oleh JAMA Internal Medicine tahun 2016, menunjukkan bahwa responden yang aktif melakukan aktivitas fisik berisiko lebih rendah terkena kanker sebesar 7-20% dibandingkan dengan mereka yang kurang aktif. Berbagai ahli di bidang kesehatan juga sepakat bahwa aktivitas fisik juga baik dilakukan oleh pasien kanker baik yang sedang atau telah melakukan pengobatan untuk meminimalisir kemungkinan kambuh kembali (journal.plos.org, April 2020).
Selain itu, berlari dan melakukan olahraga juga dinilai efektif untuk meminimalisir risiko pertumbuhan kembali sel-sel kanker setelah melakukan kemoterapi (relapse). The American College of Sport Medicine juga merekomendasikan pasien kanker untuk melakukan aktivitas fisik aerobik dengan intensitas sedang setidaknya 90 menit dengan latihan kekuatan (strength) sebanyak dua kali dalam satu minggu. Salah satu aktivitas fisik yang disarankan dalam hal ini adalah dengan berlari. Selain manfaatnya secara fisik, berlari juga terbukti efektif untuk menjaga kondisi psikologis serta bermanfaat untuk mengatasi efek samping dari pengobatan (seperti kelelahan, mual dan muntah), hingga meningkatkan kualitas hidup orang dengan kanker.
Kemajuan teknologi dan inovasi telah dicapai oleh ahli di bidang kesehatan terkait dengan permasalahan kanker. Namun mencegah selalu lebih baik dari mengobati. Jadi, selalu budayakan semangat hidup sehat yah, Sobat Runners. (ED/RA)